a. India
Meskipun Waren Hasting dan Lord Clive membunuh dan merampok, perbuatan mereka tidak boleh disamakan dengan perbuatan Daendels, van den Bosch serta lain-lain, sebab sistem kolonial Inggris dari segi "material dan riwayat" jauh lebih mendingan daripada sistem Belanda (tentu saja kita tak menghendaki imperialisme macam apa pun). Nafsu membunuh dan merampok dari imperialisme Inggris tak dapat menghancurkan kemauan bangsa India.
Kemauan
itu memperlihatkan dirinya terutama dengan barang-barang hasil India yang belum
dirampok oleh Inggris. Setelah mengalami beberapa perjuangan politik dan
ekonomi, dapatlah bangsa India mendirikan industri, pertanian besar, dan perdagangan
besar nasional. Selain itu, imperialisme Inggris mengadakan sekolah dari
tingkatan terendah sampai sekolah-sekolah tinggi (lebih dari lima universitas)
dan semenjak beberapa lama telah mengadakan sistem pemerintahan sampai kepada
"dominion" atau lebih jauh lagi. India telah mempunyai seorang Tilak,
Mahatma Gandhi, Das, Tagore, Dr. C. Bose dan Dr. Naye yang termashur ke seluruh
dunia. Sekalian kaum terpelajar ini dilahirkan dalam pengakuan imperialisme
Inggris.
Karena
Inggris di negerinya sendiri mempunyai bahan-bahan untuk industri (arang dan
besi), dengan sendirinya ia menjadi bengkel dunia. Sebab ia tak mempunyai kapas
pada permulaannya, dijadikanlah India sebagai kebun kapas. Selain itu, sebagai
negeri industri yang mempunyai penghasilan yang amat besar, Inggris membutuhkan
pasar-pasar. Karena itulah, tanah Inggris (negeri industri semata itu) terpaksa
bekerja bersama-sama dengan India, meskipun pada permulaannya secara tak
langsung. Bukankah firma-firma dan maskapai-maskapai, baik impor atau ekspor
dalam perdagangan yang sedemikian besarnya antara Inggris dan India,
membutuhkan kaum saudagar pertengahan bangsa India sebagai perantaraan? Dan
lagi bukankah tak selamanya "bayonet" dapat memaksa suatu bangsa
untuk membeli barang-barang? Mau tak mau ia mesti menaikkan taraf hidup, jika
ia ingin memperoleh pembelian yang tetap. Inilah yang memaksa imperialisme
Inggris memberikan pendidikan Barat kepada segolongan bangsa India. Sekolah
Tinggi pertama di Benggala yang sekarang sudah berusia 100 tahun, yang pada
mulanya hanya boleh dimasuki oleh anak orang kaya dan aristokrasi, kemudian
dibenarkan juga buat anak orang biasa.
Dalam
waktu yang singkat, sekolah-sekolah tinggi itu pun menghasilkan sekian banyak
kaum terpelajar, hingga birokrasi Inggris tak dapat menerima mereka sama
sekali. Timbullah di sana kelas yang terdidik secara Barat dan yang merasa tak senang,
yaitu kaum buruh halus. Dari kelas inilah kemudian lahir beberapa orang pemimpin
pergerakan kemerdekaan yang terkenal sebagai ekstrimis, yakni kaum kiri.
Demikianlah, imperialisme Inggris melahirkan musuhnya serta menggali kuburnya
sendiri.
Dengan
pimpinan Tilak yang termashur itu, timbullah aksi boikot pada tahun 1900-1905.
Maksudnya supaya industri dan perdagangan nasional hidup, yaitu dengan jalan
memboikot barang-barang pabrik Inggris yang diimpor ke India (kapas ditanam di
India, sesudah itu dikirimkan ke negeri Inggris, dengan harga yang berlipat ganda
dijual pula kepada pembeli bangsa India).
Dengan
mempergunakan barang-barang yang belum dirampok "sebagai senjata",
kaum terpelajar memperoleh kemenangan. Tuan tanah yang besar-besar dan
saudagar-saudagar memberikan pertolongan berupa kapital, semangat dan alat
untuk memenuhi program kaum ekstrimis. Meskipun penuh dengan rintangan-rintangan
politik, ekonomi, keuangan dan alat yang luar biasa dapat jugalah Tilak dan kawan-kawannya
meraih kemenangan. Berbagai industri, termasuk industri tenun — industri
nasional waktu sekarang — adalah buah tangan yang terpenting dari Tilak dan
kawan-kawannya. Pun industri itu sudah mempunyai lapangan internasional. Sebagian
besar kemenangan itu juga tergantung pada pertolongan buruh dan tani bangsa
India.
Berdiri
di atas kemenangan Tilak, dapatlah Mr. Gandhi meraih kemenangan dalam pergerakan
noncooperation atau gerakan boikot. Hampir semua pabrik tenun di Bombay (lebih
kurang 200 jumlahnya) sekarang dimiliki dan dikelola oleh otak dan tenaga India.
Kapas Inggris terpukul dalam persaingan yang hebat, bukan saja di India tetapi
juga di Afrika, Melayu, Tiongkok dan lama-kelamaan juga di Eropa.
Undang-undang
perdagangan India belakangan ini melindungi kapas keluaran India. Tidak sedikit
kebun-kebun firma dan bank sekarang bekerja dengan kapital India dan dipimpin
oleh bangsa India. Industri-industri seperti arang dan besi; serta industri logam
yang modern sekarang dipegang oleh bangsa India. Jika waktu perang dunia
Inggris membeli gerobak kereta api dari "Tata Coy", sekarang (semenjak
lebih kurang 2 tahun) ia membuat perjanjian akan membeli juga mesin-mesin
kereta api. Pendeknya, tanpa kekerasan imperialisme Inggris, kapital nasional
India berdiri — yang berakibat perjuangan yang tak mau kalah, yang kadang-kadang
menimbulkan pertumpahan darah. India sekarang ada di zaman industri besar yang
modern. Negeri Inggris bukan lagi jadi pusat bengkel di dunia meskipun di dalam
kerajaannya sendiri; dan India bukan lagi kebun kapas bagi Britania.
Setelah
Inggris takluk dalam percaturan ekonomi, terpaksalah ia mengakui kemenangan
India dalam politik. Di sana sekarang berdiri industri nasional yang
kepentingan materialnya dalam beberapa hal bersamaan dengan kepentingan
penjajah. Tinggal lagi bagi Inggris memberikan konsesi-konsesi politik kepada wakil-wakil
tuan tanah yang besar dan borjuasi modern.
Memang
inilah artinya kerja islah pemerintahan negeri yang telah bertahun-tahun dilakukan
— MontageuChelmsfordsplan. Daerah besar-besar yang berpenduduk 50,000,000
seperti Benggala dan Daerah Tengah setelah diadakan islah (hervorming) dengan
perantara majelis-majelis daerah, hampir jatuh ke tangan bangsa India sepenuhnya.
Pemilihan dewan yang tertinggi (Duma bangsa India), dipengaruhi oleh kaum
Swaray, militer, perguruan, dan pengadilan, dalam beberapa tahun ini disediakan
- ditempati oleh putera-putera India yang cakap dan setia.
Meskipun
demikian, belumlah ada satu perwakilan rakyat (parlemen) dan kabinet yang
bertanggung jawab. Sungguhpun islah pemerintahan India jauh lebih sempuma dari
Dewan Rakyat ala Belanda, tetapi belum sampai seperti Dominion Canada, konstitusi
Filipina atau Mesir. Tetapi sejumlah pemimpin dan kaum ekstremis dapat ditarik
hatinya oleh islah itu. Karena itu pergerakan kaum revolusioner untuk sementara
waktu "terkandas" hingga imperialisme Inggris memperoleh kesempatan
untuk menarik napas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar