Ben Drowned adalah salah satu karakter creepypasta yang cukup terkenal. Ia dikatakan menghantui game The Legend of Zelda—Majora's Mask dan Cleverbot. Ben adalah sebuah karakter berupa anak-anak belasan tahun dengan pakaian hijau dan tudung berwana hijau pula. Sebenarnya pakaian hijau yang digunakan Ben ini adalah pakaian yang digunakan oleh Link—salah satu karakter dalam Majora's Mask. Saya telah 'berkeliling' dan menemukan banyak versi tentang kisah Ben Drowned ini sehingga saya meragukan yang mana original story-nya. Dan disini saya mengambil salah satu versi yang menurut saya cukup masuk akal untuk menjadi permulaan kisah seorang Benjamin Peters menjadi Ben Drowned...
Ia mengerang dan merenggangkan tangan
dan lututnya, menyeka darah pada wajahnya yang mungkin saja sudah ratusan kali
ia lakukan hari itu. Seorang anak laki-laki bersurai pirang menyaksikan tiga
orang anak laki-laki lainnya berjalan pergi sembari tertawa. Sang anak mendesah—menarik kedua lututnya menempel
pada tubuhnya yang penuh memar dan meletakkan dagunya diatas sana.
Anak itu, Benjamin Peters, usianya masih
13 tahun. Ia adalah korban bully
kawan-kawannya sendiri—Jack,
Andrew, dan Travis. Sudah bertahun-tahun ketiga anak itu mengintimidasi
Benjamin dengan alasan yang sangat tidak masuk akal, hanya karena ia adalah
seorang gamers. Ben menghela napas
dan mulai bangkit berdiri lalu berjalan perlahan untuk kembali ke rumahnya.
Sesampainya di rumah, ia segera memasuki kamar dan mengganti kemejanya yang
penuh oleh darah. Selanjutnya Ben merebahkan dirinya di ranjang dan mulai
menangis.
Beberapa jam kemudian Ben terbangun dan
menyadari bahwa ia telah tertidur. Ben memandang kalender—hari ini hari sabtu! Ia segera
bangkit dan berjalan menuruni anak tangga menuju lantai satu. Sesampainya
dibawah, ia langsung diterjang begitu saja oleh kedua adiknya, Diana dan Derek—mereka
kembar.
“Tinggalkan aku sendiri!” Ben membentak
kedua adiknya.
“Benjamin! Jangan berbicara seperti itu
pada mereka!” ibunya berteriak dari dapur. Ben hanya memutar bola matanya, malas.
"Oh ya, ada paket untukmu yang
dikirim tadi malam,” sang ibu melanjutkan.
Ben yang mendengarnya segera berjalan
menuju dapur dan mendapati sebuah paket diatas meja, lebih tepatnya sebuah game. Ben terdiam sejenak sebelum
akhirnya meraih paket itu dan berlari kembali menuju kamarnya. Ia memasang
permainan itu dalam Nintendo 64-nya, Majora’s
Mask, dan mulai bermain. Ia bermain Zelda selama berjam-jam tanpa henti.
“Benjamin! Matikan game-mu sekarang juga!” ibunya bersuara setelah tujuh jam terlewati.
“Sebentar lagi! Aku hampir menyelesaikan—”
“Sekarang, Ben!” ibunya bersuara, kali ini
jauh lebih kuat daripada sebelumnya.
“Tapi—”
Ben berhenti berbicara ketika sang ibu
menatapnya dengan tajam, membuatnya mendesah dan dengan berat hati menyimpan
permainannya.
“Bawa kedua adikmu menuju taman. Ibu
rasa kau juga memerlukan udara segar,” ucap nyonya Peters sebelum berjalan
keluar.
Ben mengerang sesaat lalu mematikan
perangkat game miliknya. Dengan
langkah berat, ia menuruni tangga lalu mengenakan sepatunya.
“Derek! Diana!” Ben memanggil kedua
adiknya dan mereka segera datang ke ruang depan dengan berlari-lari kecil.
“Pakai sepatu kalian. Ibu memintaku
untuk membawa kalian ke taman.”
Ben berucap setengah hati, berbanding
terbalik dengan reaksi kedua adiknya. Mereka bersorak kegirangan dan segera
memakai sepatu masing-masing lalu melesat keluar diikuti oleh Ben. Ia
membiarkan kedua adiknya berjalan terlebih dahulu, namun tidak sampai jauh
berada didepannya. Ben duduk di bangku taman sembari menatap danau.
“Bisakah kita pulang sekarang?” Derek
bertanya setelah satu jam berlalu.
“Kau dan Diana pulanglah duluan, aku
akan segera menyusul kalian,” Ben menjawab.
“Baiklah!” Diana tersenyum dan mereka
mulai berlari menuju rumah.
Ben mengambil headphone miliknya dan mulai mendengarkan musik, soundtrack dari game The Legend of Zelda—tidak lama. Dan saat matahari mulai
terbenam, digantikan oleh sang rembulan, ia memutuskan untuk kembali. Ben
memasukkan kembali headphone miliknya
kedalam saku pakaiannya dan bangkit berdiri.
“Kau mau pergi kemana?”
Tiba-tiba saja terdengar seseorang
menggeram dibelakangnya—orang itu adalah Jack. Ben menegang sesaat, ia tidak
ingin berurusan dengan Jack dan kawan-kawannnya saat ini, namun ia tidak punya
pilihan lain. Tiba-tiba saja seseorang meninjunya dengan kuat di tenggorokan,
membuatnya tersedak.
“Kau mau pergi kemana, Zelda? Kembali
pada tuan putrimu?” Jack mengejek, berhadapan dengan Ben. Andrew dan Travis
berdiri disisinya.
“Zelda adalah seorang putri, brengsek!”
Ben membentak.
Jawaban yang salah.
Andrew melayangkan pukulannya pada Ben,
begitu kuat dan tiba-tiba, membuat sang bocah pirang disana terjatuh. Ia
merasakan darah mengalir keluar dari mulutnya ketika Jack, Andrew, dan Travis
mulai menendangnya berulang kali. Satu pukulan yang kuat menghantam sisi
kepalanya sebelum Ben kehilangan kesadaran.
Ketika Ben tersadar, ia sudah berada di
atas jembatan yang berada di danau. Seutas tali mengikat pergelangan tangan dan
kakinya dengan sangat kuat. Ben memandang sekitar dengan panik dan mendapati
Jack, Andrew serta Travis berdiri di dekatnya.
“Tolong, biarkan aku pergi,” Ben
memohon, Jack dihadapannya hanya tertawa dengan nada mengerikan.
“Ada kata-kata terakhir?” Jack berucap
dengan seringai iblis. Ben tidak dapat merangkai kata, ia benar-benar membenci
mereka bertiga.
“Jika aku mati disini hari ini, aku akan
membuat kalian membayar semua yang pernah kalian lakukan padaku!” Ben bersuara.
Ketiga anak laki-laki disana tertawa
sebelum akhirnya membuang sang bocah pirang dari atas jembatan—ke dalam air es dibawahnya. Ben
merasakan bahwa udara di dalam paru-parunya mulai menipis. Ia menendang dan
meronta-ronta dengan liar di dalam air namun tali yang mengikatnya benar-benar
membuatnya tidak bisa berenang.
Ben merasakan tubuhnya menyentuh pasir
di dasar danau. Pikirannya sudah berkabut dan pandangannya perlahan menghitam.
Ia berteriak untuk terakhir kalinya namun itu justru membuat air danau memasuki
mulutnya. Tidak lama setelah itu, sang bocah pirang menutup matanya dan tidak pernah terbuka lagi.
Tubuhnya ditemukan dua minggu kemudian—terdampar
di tepi danau.
Selanjutnya, Nyonya Peters memberikan
semua game milik Ben pada Jack—khususnya game Majora’s Mask yang ditemukannya.
Jack menemukan salah satu file disana,
BEN, dan menggunakannya untuk bermain. Namun selama ia bermain, hal-hal aneh
terus terjadi—seperti sebuah percakapan yang mengatakan bahwa seharusnya ia
tidak melakukan itu. Tiga hari kemudian, Jack ditemukan tewas gantung diri. Di
komputernya, terdapat sebuah text
document yang menampilkan sebuah kalimat sederhana,
“You’ve
met with a terrible fate, haven’t you?”
—Drowned
Beberapa bulan berikutnya, Andrew dan
Travis ditemukan tewas bunuh diri dengan alasan yang tidak diketahui. Setiap komputer
dari masing-masing mereka didapati sebuat text
document yang sama dengan kalimat yang sama pula. Rumor menyebar dengan
cepat ke seluruh sekolah, namun tidak ada yang tahu siapa yang menyebabkan
kematian mereka. Karena siapapun yang mengetahuinya, maka ia akan membunuh
dirinya sendiri—kewarasan mereka akan hilang sebelum mereka sempat
memberitahukan kebenarannya pada orang lain.
Benjamin Peters berhasil membalaskan
dendamnya, namun sekarang ia menginginkan lebih. Ia bukanlah lagi seorang
Benjamin Peters, anak tak bersalah yang selalu diganggu. Dia sekarang adalah BEN DROWNED.
Jack,
Andrew, Travis—you shouldn’t have done that…
You
really shouldn’t have…
>> sekadar memberitahu, terjemahan ini saya selesaikan sendiri. Jadi jika teman-teman semua berkeinginan untuk mem-post kembali, harap disertakan sumbernya ya! :) <<
Apakah creppypasta nyata????
BalasHapusMenurut saya pribadi ini hanyalah fiktif. Bahkan Slenderman sekalipun yg "katanya" adalah "Raja Creppypasta" sendiri hanyalah hasil dari imajinasi seseorang yg dituangkan dalam bentuk cerita. Dan menurut informasi yg pernah saya baca, kisah Slenderman ini dibuat untuk mengikuti sebuah lomba karya tulis bertema horor di luar negeri dan berhasil keluar sebagai juara utama.
HapusBerdasarkan hal tsb, saya berasumsi bahwa Ben Drowned dan karakter creppypasta lain hanyalah fiktif - mengesampingkan fakta bahwa kisah2 mereka dibuat seolah2 nyata
berarti creepypasta itu fiktif, dan mereka seperti hanya karakter? tidak nyata??
BalasHapusDari perspektif saya, creepypasta itu fiktif. Tapi tidak semuanya fiktif. Kita ambil contoh creepypasta perihal SCP. SCP sendiri itu fiktif (alasan saya berasumsi demikian bisa dilihat di postingan saya terkait SCP), namun beberapa objek SCP ada yg memang diambil berdasarkan fakta. Contohnya adalah Doctor Plague. Dalam sejarah Eropa ketika ada wabah endemik disana, para dokter menggunakan jubah hitam dan masker berupa topeng dengan ujung hidung yang mengerucut panjang seperti gagak. Masker tersebut dibuat sedemikian rupa agar pada ujungnya dapat diletakan wewangian seperti lavender dan sebagainya demi mencegah para dokter yang bekerja mencium aroma busuk dari para pasiennya (sepengetahuan saya seperti itu).
HapusJadi pada intinya bisa kita asumsikan bahwa creepypasta itu fiktif. Kalaupun kita menemukan beberapa hal yang ternyata "mirip sekali" dengan kisah creepypasta tersebut, pastilah itu telah "dimodifikasi" oleh seseorang yang benar-benar ahli dalam merangkai kata demi menciptakan suatu karakter/kejadian berdasarkan kisah nyata yang dibumbui dengan "sedikit kebohongan" untuk menambah daya tarik publik
akhirnya... kerja bagus min.. OwO)b
BalasHapusTerimakasih~ ^^
Hapus