© : Lucas Woods |
Bicara tentang telepon seluler, saya ingat telepon genggam pertama yang ada di keluarga saya. Merek-nya adalah Nokia - tidak perlu ditanyakan lebih jauh karena sudah pasti sama hampir di setiap keluarga generasi lampau di Indonesia. Saya lupa tipenya apa, namun saya ingat ponsel itu berwarna kuning mencolok. Tidak ketinggalan pula ponsel sejuta umat lainnya, yang tak lain dan tak bukan adalah Esia. Saya juga lupa tipenya apa, namun saya sangat tertarik karena ponsel Esia ini sudah mengusung fitur warna pada sistem operasinya. Sebagai pengingat, ponsel Nokia yang dulu belum bisa menampilkan warna - hanya hitam (cenderung abu-abu) dengan warna dasar kuning pucat khas ponsel jadul.
Dua ponsel diatas digunakan oleh orang tua saya saat itu, sementara saya mendapatkan jatah ponsel yang lain. Tidak seperti era sekarang dimana bahkan balita sudah ada yang memegang tablet, saya baru mendapatkan ponsel sendiri (dengan berbagi bersama saudara saya) saat duduk di bangku kelas 5 SD. Lalu ponsel apa saja yang pernah saya pakai?
1. Nokia XpressMusic 5130
XpressMusic ini adalah ponsel pertama yang saya gunakan berdua dengan saudara saya. Warnanya hitam dengan strip merah menyala. Di bagian pinggirnya ada lampu yang dapat menyala jika kita memainkan musik (yang dapat diatur juga jika tidak ingin fitur ini diaktifkan). Game favorit saya disini adalah Bounce Tales, sama dengan permainan Bounce seri sebelumnya hanya saja yang ini sudah di upgrade lebih 'mulus' untuk dinikmati. Suara yang dihasilkan dari speaker ini menurut saya tergolong bagus, suaranya besar dan jernih. Selain itu, XpressMusic ini sungguh luar biasa! Sudah sering jatuh, terendam air, baret, tergores, dan sebagainya, tapi ponsel ini masih aktif untuk waktu yang lama! Saya memang tidak pernah meragukan ketahanan Nokia!
2. Nokia Asha 308
Nokia Asha 308 adalah ponsel pertama yang saya gunakan untuk diri sendiri. Saat saudara saya memutuskan untuk membeli Samsung Pocket yang sudah menggunakan sistem operasi Android, saya masih dengan kepercayaan tinggi dengan merek dagang Nokia memilih menantang zaman dengan mengambil ponsel ini. Nokia Asha 308 ini memiliki kualitas yang menurut saya sangat baik saat melakukan browsing, khususnya saat kita memainkan aplikasi Twitter (sekarang "X"). Saya tidak tahu apakah karena operator yang saya pakai atau karena sistem ponselnya, namun ponsel ini terbilang mumpuni untuk penggunaan aplikasi Twitter dan saya sangat mengapresiasi itu. Tampilan tatap muka sangat sederhana dan setiap kali kita menge-tweet sesuatu, maka dibawahnya akan muncul tulisan "Di tweet dari Nokia" (saat itu cukup ramai karena ponsel Blackberry juga menggunakan fitur ini—kalau tidak salah yaa~).
3. Nokia Lumia 520
Kembali menantang perubahan, ponsel ketiga saya masih bertahan di Nokia. Saat sebagian besar umat manusia (sfx. efek dramatis~) memilih menggunakan sistem operasi Android dan iOS, saya menentang 'kodrat alam' dengan memakai Windows Phone. Saya ingat dengan sangat baik bahwa tidak ada AppStore di Lumia, sehingga kami menggunakan Store sendiri buatan Windows. Baik WhatsApp maupun Instagram di Windows Phone merupakan versi beta, sehingga fiturnya memang tidak sebaik di Android ataupun iOS (walau penggunaan secara umum masih berfungsi dengan bagus). Game yang paling saya suka disini adalah Galactic Rush, suatu permainan dengan konsep endless run/jump dengan grafik yang menurut saya luar biasa bagus untuk ukuran game gratis buatan anak bangsa. Lumia 520 adalah ponsel dengan layar yang paling saya suka sampai saat ini. Saya tidak tahu layarnya terbuat dari bahan apa, namun rasanya sangat enak saat saya 'mengetuk'-nya. Untuk saya yang memang senang menulis, Microsoft Word disini juga sangat nyaman dipakai! Tampilan tatap muka-nya sangat sederhana namun dengan fungsi yang banyak. Saya betah berlama-lama menulis di aplikasi Ms. Word di Windows Phone ini!
4. Oppo A37
Oppo A37 menjadi titik awal bergabungnya saya bersama keluarga besar Android. Saat itu saya belum memutuskan untuk membeli ponsel merek apa, karena memang saya membeli Oppo A37 ini secara mendadak sebagai akibat dari Lumia 520 saya yang sudah mencapai 'garis akhir'. Saat itu sang mbak sales counter menawarkan ponsel ini disertai dengan segala penjelasan mengenai spek luar biasa pada kameranya — yang harus saya akui ternyata bukanlah sebuah gimmick belaka. Kameranya adalah yang terjenih, terbening, termulus, pokoknya wah sekali! Noda laknat di wajah saat ber-selfie ria musnah, langit mendung-pun seketika berubah menjadi cerah! Oppo A37 ini masih berfungsi sampai sekarang (Februari 2024) walau luar biasa lag karena sistemnya yang sudah lawas (pembaharuan hanya dapat sampai Android 4 sementara sekarang [Februari 2024] sudah di Andorid 13). Saya berani kasih 2 jempol untuk ketahanan ponsel ini!
5. Asus Zenfone Max Pro M1
Saya harus mengakui kebulatan tekad diri saya sendiri yang tetap berpegang teguh untuk membeli Asus ini dan tidak terpengaruh dengan mbak sales counter yang dengan semangat membara terus menawarkan ponsel lain yang saya lupa apa mereknya. Alasan saya memilih Max Pro M1 saat itu adalah karena kapasitas baterainya yang besar (pada masanya). Hal yang tidak saya sukai dari ponsel ini adalah baru 2-3 bulan saya membelinya, ponsel ini sudah mengalami eror. Ponsel saya tidak bisa mendeteksi jaringan wifi di rumah dan itu benar-benar mengganggu. Saya sampai membawanya ke Asus Center namun tetap saja tidak ada perubahan, saya curiga sepertinya ponsel saya bahkan tidak dicek sama sekali (maaf sudzon padamu, Asus—). Salah satu hal gila dari Asus Zenfone Max Pro M1 ini adalah pernah jatuh ke dalam air. Saat itu di rumah saya sedang mati lampu, jadi saya menggunakan flashlight ponsel ini. Kejadian yang luar biasa adalah ketika ponsel ini jatuh ke dalam bak mandi yang penuh terisi air! Saya sempat lola (loading lama), tidak connect akan fakta bahwa ponsel saya sedang terbenam. Saya justru diam membatu mengamati flashlight ponsel saya yang masih menyala di dasar bak mandi, setelah sekitar 3 detik baru saya kembali ke dunia nyata dan langsung mengeluarkan ponsel saya dari sana. Ponsel itu masih menyala beberapa saat dan saya langsung mematikan flashlight-nya, namun tidak butuh waktu lama untuk ponsel ajaib saya itu memasuki kondisi 'koma'. Syukurnya setelah 1 hari saya benamkan di dalam beras, ponsel ini berhasil kembali dari kematian. Sampai sekarang (Februari 2024), ponsel saya ini masih bekerja. Semuanya aman kecuali sistemnya yang sudah tidak ada pembaharuan dari Asus sehingga sering mengalami lag yang cukup mengganggu. Baterai tanam saya juga sudah bocor, yang untungnya berhasil saya ganti dan kini kembali 'normal'.
6. Tecno Pova 5
Berawal dari kebingungan saya untuk mencari pengganti Asus yang telah bocor baterainya dan usang sistemnya, saya mengucapkan terimakasih kepada channel Youtube 'Gadgetin' (saya tidak disponsori bang David) yang telah mengulas 1 video penuh berdurasi lebih dari 20 menit yang khusus membahas Tenco Pova 5 dan Tecno Pova 5 Pro. Ditambah dengan hasil 'berselancar' saya di platform jual-beli online berwarna oranye dari Singapura, saya memutuskan untuk membeli ponsel ini saat ada diskon di tanggal cantik. Warna yang saya pilih adalah amber gold, sangat mirip dengan Nokia Asha 308 saya sebelumnya. Penggunaan selama 1 bulan pertama sangat luar biasa - Mobile Legends dan Genshin Impact langsung saya libas tanpa adanya lag yang berarti! Saya sangat terkagum-kagum dengan ponsel ini, mungkin karena memang dirancang untuk para penikmat mobile game sehingga sangat memuaskan ketika dipakai. Dengan baterai 6000 mAh, saya pernah menyentuh lebih dari 48 jam pemakaian tanpa charge dengan membuka berbagai aplikasi umum dan durasi permainan yang tidak terlalu lama. Untuk penggunaan mobile game secara signifikan, ponsel ini masih bisa bertahan selama 24 jam lebih tanpa charge (setidaknya untuk saya). Yang paling saya sukai tentu saja kapasitas ROM-nya yang besar! Karena Asus M1 saya sebelumnya hanya mempunyai memori internal 32 GB, maka saya sempat mendapat 'syok ringan' ketika disuguhi memori internal 256 GB milik Pova 5 ini~
Dan yah...
Saya tidak menyangka telah tiba di generasi ke-enam dari ponsel yang saya pakai ini! Saya bersyukur semua ponsel itu berhasil bertahan hidup dengan waktu yang dapat dikatakan cukup lama! Ponsel generasi kedua saya (aka. Nokia Asha 308) saja masih hidup sampai sekarang - walau dalam keadaan koma... Generasi keempat (aka. Oppo A37) masih dipakai untuk nonton Youtube - walau Youtube-nya tidak dapai dibuka langsung melalui aplikasi dan harus lewat browser karena 'aplikasi tidak kompatibel dengan perangkat anda'... Serta generasi kelima (aka. Asus Zenfone Max Pro M1) yang masih saya pakai sampai sekarang untuk browsing, Gdocs, Spreadsheet, Twitter (sekarang "X") dan sebagainya - walau baterai bocor yang sudah diganti itu tetap saja cepat habisnya...
Saran saya, kalau teman-teman ingin membeli ponsel maka pertimbangkan juga kebutuhan dan spesifikasi-nya. Jangan hanya karena ponsel itu sedang trend atau mempunyai branding yang bagus, jadi langsung memutuskan untuk membelinya. Nama kecil bukan berarti kualitasnya rendahan, brand besar juga bukan berarti memiliki fitur yang sempurna. Sesuaikan juga dengan budget-nya. Apapun itu, yang terbaik adalah yang bermanfaat~
Salam!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar