Pertumbuhan Ekonomi Kurang Berkualitas
Pertumbuhan ekonomi yang mencapai 6,4% lebih banyak dinikmati kalangan kelas menengah. Hal itu karena pertumbuhan ekonomi yang kurang berkualitas. Guru Besar Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gajah Mada Mudrajad Kuncoro menyatakan, pertumbuhan ekonomi meningkat dan pendapatan perkapita mencapai 3.540 dollar Amerika Serikat per tahun.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Sifjan Wanandi melihat pertumbuhan itu hanya dinikmati oleh kelas menengah keatas, sedangkan masyarakat kelas bawah yang tergerus berbagai hambatan hanya berupaya bisa bertahan. “Walaupun untung, kelas bawah itu keuntungannya semakin tipis karena mereka harus merasakan tingginya harga bahan baku dan harus berhadapan dengan bunga kredit perbankan yang tinggi” kata Sofjan.
Kalangan nelayan dan serikat buruh mengakui tidak banyak merasakan pertumbuhan ekonomi yang signifikan ini. Laurensius Mahuze (50), nelayan tradisional warga suku Marind kampung Mbuti, Distrik Merauke, Kabupaten Merauke, Papua, hanya bisa mengandalkan menjaring udang di pinggir laut karena tidak memiliki perahu motor untuk menangkap ikan hingga ke tengah laut. Penghasilannya bergantung pada musim tangkap udang. “Kalau tidak musim udang, saya hanya menjual kelapa muda Rp 5.000,- per buah” katanya.
Sementara menurut aktivis buruh di Surabaya, Jawa Timur, Jamaluddin, pertumbuhan ekonomi belum mampu menyejahterakan buruh dan hanya memberikan keuntungan bagi pelaku usaha. Hal itu tercermin dari bertambahnya pekerja dengan status alih daya sehingga kewajiban pemilik perusahaan, seperti memberikan hak pensiun, tunjangan kesehatan, dan biaya sekolah anak justru nihil. “Upah buruh di Indonesia paling murah dibandingkan Thailand, Singapura, Malaysia, dan Filipina. Artinya, pertumbuhan ekonomi tidak sebanding lurus dengan penghasilan buruh, apalagi nelayan” katanya.
Sementara itu, pengamat ekonomi dari Universitas Airlangga, Surabaya, Subagyo, menilai hasil dari semua itu justru dinikmati oleh investor asing yang sudah menguasai kepemilikan saham di hampir semua sektor usaha. “Pertumbuhan ekonomi tidak berdampak langsung pada orang-orang kecil, tetapi justru para pemilik modal” ujarnya.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional / Kepala BAPPENAS, Armida Alisjahbana, menanggapi persoalan miring tersebut. “Bagaimana menjaga momentum dan meminimalkan ekspor yang turun. Kemudian kontribusi sektor pertanian yang paling bagus itu yang menjadi pendorong. Harapan kami, semua itu bisa diterjemahkan pada kesejahteraan rakyat dan mengurangi pengangguran”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar