05 April 2014

Misteri Kota Angkor Wat (Kamboja) : 'Kemegahan Kota Dewa-Dewi'



Angkor Wat adalah sebuah kuil yang berada di Angkor, Kamboja. Dibangun sejak pertengahan abad ke-12 oleh Raja Suryavarman II dan masih berdiri kokoh hingga saat ini. Bagunan tersebut terdiri dari lima menara tinggi menjulang dengan candi-candi kecil di sekitarnya. Pembangunan Candi Angkor Wat memakan waktu selama 30 tahun. Angkor Wat terletak di dataran Angkor yang juga dipenuhi bangunan kuil yang indah-indah. Namun, Angkor Wat ini merupakan kuil yang paling terkenal di dataran Angkor.


Raja Suryavarman II membina Angkor Wat menurut kepercayaan Hindu yang meletakan Gunung Meru sebagai pusat dunia dan merupakan tempat tinggal dewa-dewi Hindu. Menara tengah Angkor Wat adalah menara tertinggi dan merupakan menara utama. Sebagaimana dongeng Gunung Meru, kawasan Kuil Angkor Wat yang sepanjang setengah kilometer dihiasi susur pemegang tangan dan diapit oleh laut buatan manusia yang dikenal sebagai Barays.

Jalan masuk ke kuil Angkor Wat melalui pintu gerbang yang mewakili jembatan pelangi antara alam dunia dengan alam dewa-dewa. Angkor Wat berada dalam keadaan yang terawat baik karena telah menjadi Kuil Budha dan terus digunakan setelah kepercayaan Budha menggantikan kepercayaan Hindu pada abad ke-13. Kuil Angkor Wat ini pun pernah dijajah oleh Siam pada tahun 1431.

Ø  Jajahan Jawa

Selama berabad-abad, daerah di sekitar delta Sungai Mekong dan Kamboja Tengah, berada di bawah kekuasaan Kerajaan Jawa (sekarang Indonesia). Tapi pada tahun 802, Pangeran Khmer Jayavarman II yang dilahirkan dan dibesarkan di Istana Jawa pada masa dinasti Syailendra, menyatakan bahwa wilayah yang didiami orang Khmer, lepas dari Jawa. Ia kemudian mendirikan Kerajaan baru, yaitu Kerajaan Angkor.

Pangeran Javawarman II dinobatkan sebagai Devaraja (Tuhan Raja) oleh seorang pendeta Brahma. Di tahun-tahun berikutnya, Jayavarman berkali-kali memindahkan ibukotanya. Pertama-tama di Indrapura (sebelah timur Kampung Cham), kemudian ke Wat Phou (sekarang Laos ujung selatan), dan terakhir di Rolous.

Pada tahun 889, Yasovarman I menjadi Raja Khmer. Dia mulai membangun Angkor, yang kemudian berganti nama menjadi Yasodharapura. Raja Yasovarman memerintah sampai tahun 900. Pada tahun 1002, Suryavarmaan I merebut tahta kerajaan. Di bawah pemerintahannya, wilayah kerajaan Angkor bertambah luas sampai ke wilayah-wilayah yang sekarang adalah negara Thailand dan Laos.

Setelah Angkor ditaklukan oleh Kerajaan Champa, gubernur Khmer menyatakan dirinya sebagai raja, dengan menyandang nama Jayavarman IV. Dia memerintah Kerajaan Khmer baru dari provinsi paling utara. Pada tahun 1113, seorang keponakan Jayavarman IV dinobatkan menjadi raja kerajaan Khmer.Dia memilih untuk menyandang nama Suryavarman II. Pada masa pemerintahannya itulah Angkor Wat dibangun.

Tahun 1177, Angkor kembali ditaklukan oleh pasukan Champa. Jayavarman VII, keponakan dari Suryavarman II, menjadi raja pada tahun 1181. Dia ini kemudian menaklukkan Vijaya, ibukota kerajaan Champa (sekarang Vietnam).Di bawah pemerintahan Jayavarman VII, wilayah Khmer bertambah luas, bahkan terluas dari yang pernah dimiliki. Wilayahnya mencapai Thailand, Laos, bahkan sampai ke Myanmar, Malaysia, dan Vietnam. Jayavarman VII pun berganti agama dari Hindu ke Budha dan menjadikan agama Budha sebagai agama nasional baru.

Pembangunan Angkor Thom yang sangat besar telah menguras sumber-sumber kekayaan kerajaan Khmer . Sehingga pada tahun-tahun berikutnya, Khmer mengalami masalah pada perekonomiannya. Pada dekade-dekade berikutnya, mulai terlihat adanya kemunduran di Angkor. Di barat, kerajaan-kerajaan Thai mendominasi kekuatan politik. Di timur, kerajaan-kerajaan Vietnam semakin menanjak. Sebagai negara kecil, Kamboja mencoba bertahan.

Kerajaan Khmer sangat bergantung pada kerajaan-kerajaan Thai dan Vietnam. Agar dapat terbebas dari penindasan salah satu negara penakluk, Khmer membutuhkan pertolongan dari negara-negara kuat lainnya. Tapi Khmer harus membayar seluruh hutang-hutangnya sebagai pembayaran ganti rugi. Pada tahun 1432, setelah Angkor ditaklukan kembali oleh kerajaan Thai, orang-orang Khmer meninggalkan ibukota dan tinggal didalam hutan.

Seperti halnya Candi Borobudur dan Prambanan, Angkor Wat juga tersohor sebagai situs warisan dunia dengan kemegahannya. Sungguh, tidak ada yang menyangka jika di dalam hutan belantara yang terasing, ternyata terdapat sebuah bangunan megah dan bersejarah.

Ø Misteri Pembangunan Angkor Wat

Hal yang menjadi pertanyaan hingga saat ini adalah : Dari mana dan bagaimana cara batu-batu besar sampai di lokasi Angkor Wat? Ya, batu-batu besar yang digunakan untuk membangun candi (Angkor Wat) pada masa itu. Karena melihat letaknya, akses menuju lokasi bukanlah medan yang mudah untuk ditempuh.

Namun, studi terbaru yang dilakukan oleh peneliti asal Jepang, Estuo Uchida dari universitas Waseda, mengungkapkan bahwa batu-batu itu dapat sampai ke lokasi dengan menggunakan jaringan ratusan kanal. “Kami menemukan banyak tambang blok batu pasir yang digunakan untuk membangun Kuil Angkor dan juga rute transportasi dari blok batu pasir tersebut” ungkap Uchida.

Arkeolog memang telah mengetahui batu yang digunakan untuk membangun kuil berasal dari tambang yang berada di dasar gunung yang letaknya berdekatan dengan situs. Akan tetapi, mereka masih bertanya-tanya bagaimana cara batu-batu tersebut mencapai lokasi situs. Terlebih, menurut peneliti, situs ini memiliki lima juta hingga sepuluh juta batu dengan berat mencapai 1.500 kilogram! Sebelumnya orang-orang beranggapan bahwa batu-batu tersebut diangkut ke Danau Tone Slap melalui kanal, kemudian mereka mendayungnya dengan melawan arus melalui sungai lain hingga mencapai lokasi candi.

Untuk menelusurinya, Uchida bersama timnya mencoba meninjau kawasan tersebut. Disana mereka menemukan 50 tambang di sepanjang tanggul di Gunung Kulen. Mereka juga menjelajahi lokasi dengan menggunakan citra satelit dan menemukan jaringan dari ratusan kanal sebagai jalan yang menghubungkan tambang ke situs candi.

Dengan menggunakan akses jaringan kanal, jarak antara tambang dengan situs hanya sekitar 37 kilometer, lebih dekat dibanding jarak melalui sungai yang sepanjang 90 kilometer. Grid kanal ini menunjukan bahwa para nenek moyang kita mengambil jalan pintas ketika membangun candi. Mungkin inilah jawaban mengapa para leluhur dapat membangun sebuah kompleks yang megah hanya dalam beberapa dekade saja.








Sumber : ‘Misteri Kota Yang Hilang’

Tidak ada komentar:

Posting Komentar