18 Maret 2022

Panduan Singkat Menuju Jepang [4]

 

III. POLA PIKIR MASYARAKAT JEPANG

Kita tidak akan pernah memahami sepenuhnya cara berpikir masyarakat Jepang karena hampir semua cara pandang kita benar-benar berlawanan dengan mereka, dan sebagai hasilnya, tindakan kita juga.

Namun ingatlah bahwa otak orang Jepang juga terbuat dari bahan yang sama seperti otak manusia lainnya. Pemikiran gila mereka adalah hasil dari cara pandang yang tidak sehat – ide yang dihasilkan dari suatu generasi yang disengaja.

Negara-negara di dunia yang mencintai perdamaian harus menjernihkan pola pikir masyarakat Jepang yang berbahaya bagi perdamaian dan hak-hak manusia lainnya ini.

Seiring berjalannya waktu, bangsa Jepang dapat memahami bahwa orang lain juga mempunyai hak yang sama. Jika kau berpikir bahwa tidak ada orang Jepang yang percaya akan demokrasi dan kebebasan, coba bacalah kembali catatan pertempuran hebat dari Batalion Infanteri ke-100,

--11--

Angkatan Darat Amerika Serikat. Semuanya terdiri dari warga Amerika keturunan Jepang. Para prajurit itu berpikir bahwa cara pandang Amerika adalah benar, dan adalah salah jika menurut pemahaman bangsa Jerman yang akhirnya ditinggalkan bersama Italia.

Terdapat tiga faktor utama yang perlu diperhatikan berkaitan dengan hal atau tindakan Jepang yang dianggap aneh. Ketiga pengaruh tersebut telah begitu lama hidup bersama masyarakat Jepang hingga akhirnya membentuk suatu kepribadian bagi bangsa Jepang itu sendiri.

Faktor itu adalah :

1. Shinto (Agama)

Shinto adalah agama nasional Jepang. Ini bukanlah satu-satunya agama yang ada di Jepang  termasuk Buddha dan Kristiani  namun memiliki pengaruh besar bagi bangsa.

Pertama-tama, ajaran Shinto didasarkan pada pemujaan terhadap alam - baik itu burung, lebah, pepohonan, bunga, batu, gunung, maupun air terjun. Ajaran Shinto yang asli masih ada. Namun berdasarkan sejarah, baru-baru ini para panglima perang dan politisi berpindah ke agama Shinto dan mulai mengembangkannya ke dalam ideologi negara, yang mana dengan cara dipaksakan kepada seluruh masyarakat Jepang saat ini.

Dibawah ideologi tersebut, nyatanya itu merupakan suatu skema khusus tentang perbudakan dan penaklukan

 --12--

berkedok pemujaan terhadap leluhur. Kaisar adalah bentuk dari kesempurnaan. Ia memuja Dewi Matahari dan leluhur Kekaisaran. Seluruh bangsa juga memuja leluhur Kekaisaran serta leluhur mereka sendiri. Baik itu leluhur Kekaisaran atau leluhur bersama dari para masyarakat Jepang, keduanya mendapat tempat bersama dalam kehidupan bangsa itu. Kaisar adalah kepala keluarga bagi negara itu. Masyarakatnya menganggap bahwa Kaisar berasal dari keturunan surga. Semua orang Jepang, dalam arti luas, mengaku sebagai keturunan dari leluhur para Dewa, dan dengan demikian maka semua masyarakat Jepang memiliki hubungan kekerabatan jauh dengan Kaisar.

Ideologi tersebut mengajarkan bahwa "darah Kekaisaran mengalir dalam nadi seluruh masyarakat Jepang yang telah menjadi kerabat, diwariskan dari nenek moyang yang sama : Dewi Matahari".

Dua prinsip dalam ideologi Shinto Negara adalah : (1) Bahwa Jepang adalah tanah para Dewa ; bahwa dengan demikian, maka Jepang adalah tanah yang suci. Seluruh dunia dibuat setelah Jepang dan dibentuk dari air dan lumpur; dan (2) bahwa Jepang memiliki misi suci di bumi   yaitu misi menyelamatkan dunia. Oleh karena itu Jepang memiliki slogan, "Seluruh dunia berada di bawah satu atap yang sama", dan keyakinan bahwa dunia harus tunduk pada kepemimpinan Jepang.

Mungkin saja hal yang paling penting dari ideoogi Shito Negara ini dari sudut pandang kita adalah keyakinan bahwa tentara Jepang yang wafat dalam peperangan akan menjadi dewa pelindung yang menjaga tanah air. Mereka akan diabadikan di kuil Yasukuni

--13--

di Tokyo, dimana nama mereka tercantum di sebuah tablet kecil. Kaisar sendiri memuja di kuil Yasukuni.

Karena ini adalah tentang agama di Jepang, maka akan lebih mudah dipahami mengapa tentara Jepang tidak terlalu berharap untuk kembali dengan selamat saat mereka pergi berperang dan mengapa mereka tidak keberatan terbunuh dalam suatu pertempuran.

2. Tenno (Kaisar)

Bagi masyarakat Jepang, seorang Kaisar itu suci. Ia adalah seorang setengah dewa. Orang Jepang memanggilnya "Tenno Heika", yaitu "Raja Surgawi". Seorang Kaisar tidak pernah disebut dengan nama, namun cukup dengan "Tenno". Faktanya, masyarakat Jepang jarang menyinggung Kaisar, hanya berbisik. Hal itu dikarenakan Kaisar dianggap suci dan berada diatas segalanya.

Hubungan antara Kaisar dan rakyat dalam versi Jepang modern digambarkan sebagai berikut :

"Mereka mungkin layaknya batang dan cabang pohon raksasa. Jika kita menelusuri silsilah setiap masyarakat Jepang, maka kita akan menemukan bahwa mereka mempunyai hubungan dengan suatu keluarga yang merupakan bagian langsung atau tidak langsung dari keluarga Kekaisaran berabad-abad lalu."

Pangeran Ito yang menyusun konstitusi Jepang berkata seperti ini tentang Kaisar :

--14--

"Takhta suci terbentuk ketika langit dan bumi masih terpisah." Di Jepang itu artinya ketika alam semesta tercipta, karena konon bumi dan langit pada mulanya terpisah. Ia melanjutkan :

"Kaisar adalah keturunan surga, ilahi dan suci; ia berada jauh diatas seluruh rakyatnya. Ia harus dihormati dan mutlak. Ia memang harus tetap mematuhi hukum, namun hukum tidak memiliki kekuatan untuk meminta pertanggungjawaban seorang Kaisar. Tidak hanya harus menghormati Kaisar, namun juga tidak boleh menjadikan sosok Kaisar sebagai bahan diskusi atau subyek penghinaan."

Ito menulis paragraf itu pada 50 tahun yang lalu namun masyarakat Jepang tetap berpegang teguh pada ajarannya. Sejak saat itu, para penguasa perang telah menggunakan Kaisar untuk mempromosikan skema penaklukan mereka sendiri. Kaisar telah menjadi alat mereka. Mereka telah menggunakan Kaisar untuk menggerakkan masyarakat Jepang ke tingkat fanatisme yang lebih tinggi.

Singkatnya, bagi masyarakat Jepang, Kaisar adalah seorang manusia setengah dewa, sekaligus pemimpin politik mereka. Kaisar adalah agama sekaligus politik. Tidak ada yang bisa berdiri diatasnya ataupun memandangnya rendah. Ketika seorang Kaisar berada di jalan, maka semua tirai pada jendela yang berada di atas lantai pertama harus ditutup rapat. Ia tidak dapat ditiru. Hanya keluarga Kaisar yang boleh memiliki mobil berwarna merah marun. Tidak ada yang boleh

--15--

menyentuhnya. Semua hal adalah berasal dari Kaisar   hasil panen, kehidupan, kemenangan. Bahwa atas nama Kaisar-lah Jepang pergi untuk membawa "perdamaian, pencerahan, kebenaran, keadilan, dan kemakmuran" bagi seluruh dunia.

3. Bushido (Kode Etik Kesatria)

Setelah kalah maka Jepang akan memiliki rasa dendam. Itu adalah bagian dari perilaku mereka. Ini adalah semacam kode yang diturunkan dari zaman feodal. Dikenal dengan satu kata : "Bushido".

"Bushido" adalah kata yang dikenal oleh setiap anak laki-laki Jepang sejak mereka baru bisa berjalan. Secara harfiah, "Bushido" berarti "Kode Etik Kesatria".

Ini adalah kode berdasarkan tradisi dan legenda. Tidak ada landasan dasar untuk itu namun intinya adalah menekankan kesetiaan di atas segalanya   kesetiaan kepada seorang pemimpin. Saat masa feodal, hal seperti itu adalah bentuk kesetiaan kepada bangsawan yang merupakan pimpinan besar. Di masa kini, para penguasa perang telah memfokuskan "Bushido" sebagai kesetiaan kepada Kaisar. Ini adalah kode sepihak yang menyerukan kesetiaan serta pengorbanan dari pihak bawah namun tidak memberikan kewajiban yang sesuai pada atasannya. Dalam "Bushido", pihak bawalah yang membayar. Masyarakat Jepang menganggap bahwa kesetiaan tidaklah dimulai dari atas.

"Bushido" mengajarkan para pengikutnya untuk tetap tenang dan tidak sembarang menghunuskan pedang

--16--

kecuali memang diperlukan. Versi lain yang lebih tua mengajarkan untuk tidak memukul lawan saat mereka telah terjatuh, namun masyarakat Jepang menganggap hal itu kuno dan membuangnya.

Dalam "Kode Bushido", menipu dan berkhianat diperbolehkan, jika memang diperlukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Ketika Perancis kalah dalam perang oleh Jerman, Jepang tidak ragu-ragu untuk pergi ke Indo-Cina dan melangkahi tubuh orang-orang Perancis. Mereka tidak melihat ada yang salah tentang Mussolini yang menikam Perancis dari belakang.

Selalu ingatlah hal ini selama berada di Jepang dan jangan pernah melupakannya.

Lebih daripada itu, "Bushido" mengajarkan masyarakat Jepang untuk tidak beristirahat sampai balas dendam terpenuhi. Sepertinya jutaan orang Jepang akan mengikuti hukum "Bushido" ini, karena mereka telah lama menerapkannya di dalam kepala selama berabad-abad dan mereka tidak akan mudah untuk melupakannya.

Jepang akan mencoba untuk membalas kekalahan mereka dengan segala cara yang mereka bisa.

Ini berarti mereka akan siap untuk membunuh tentara Amerika kapanpun mereka memiliki kesempatan. Karena itu jangan beri mereka kesempatan. Berhati-hatilah. Mereka tidak akan memikirkan apa akibatnya bagi diri mereka sendiri. Seperti apa yang telah diajarkan "Bushido", mereka siap dan rela mengorbankan diri mereka sendiri dalam urusan balas dendam ini. Mungkin terdengar hebat, namun kau tidak boleh mengambil risiko. Jepang adalah musuh yang luar biasa.

--17--

Cobalah bersama dengan mereka dan kau mungkin akan berakhir dengan sebuah pisau menancap di punggungmu.

Ketika Jepang dimusnahkan, maka pasukannya akan dibubarkan. Namun itu tidak ada bedanya, jika itu menyangkut bahaya, karena 80 persen prajurit Jepang adalah seorang petani atau anak dari petani. Mereka telah termakan prinsip-prinsip "Bushido". Ketika mereka kembali ke ladang dan mengenakan pakaian sipil, mereka tetap sama berbahayanya dengan saat mereka masih mengenakan seragam, karena mereka tak terlihat.

Ini artinya kau harus lebih berhati-hati saat pergi ke tempat mereka. Seorang petani yang nampak ramah bisa saja menyerangmu. Jangan pergi sendirian. Kau bisa saja terpengaruh.

Banyak tentara Jepang yang didemobilisasi menjadi apa yang dikenal di Jepang sebagai "ronin". Secara harfiah, "ronin" berarti "pengembara". Mereka akan menjadi pengembara yang sangat berbahaya.

Pada saat-saat krusial dalam sejarah Jepang, "ronin" telah menyebar ke seluruh penjuru negeri. Pada ratusan tahun yang lalu, di zaman feodal, mereka adalah prajurit tanpa tuan. Seringkali mereka adalah orang-orang yang majikannya telah terbunuh. Mereka berkelana dan menakuti orang-orang. Mereka menghunuskan pedang tanpa alasan serta menggunakannya dengan efektif. Jika mereka

--18--

mendapati bahwa seseorang adalah musuh mereka, atau musuh tuan mereka sebelumnya, maka mereka akan membunuh orang itu.

Para "ronin" pergi keluar untuk membalas dendam, seperti tentara Jepang yang setelah perang ini akan keluar untuk membalaskan dendam kekalahan mereka.

Bagian yang aneh dari hal itu adalah para penjahat ini ternyata disanjung dan dihormati oleh orang-orang yang sebelumnya telah mereka teror. Mereka bahkan dijunjung dalam halaman sejarah Jepang, begitu juga dengan lagu dan sastra.

Contoh klasik tentang bagaimana pekerjaan "Bushido" dapat ditemukan dalam "Tale of the Forty-Seven Ronin" yang terkenal. Cerita ini begitu populer di kalangan penduduk Jepang. Mereka menganggapnya sebagai suatu contoh yang sempurna dalam bertindak. Hal ini diceritakan oleh para ayah kepada anak-anak mereka.

Kisah itu bercerita tentang seorang tuan bernama Asano, yang berada di Shogun. Shogun sendiri adalah seorang pemimpin besar   penguasa yang mencuri kekuatan Kaisar.

Selain itu terdapat tuan lain bernama Kira yang mengganggu Asano. Ini terjadi di Istana Shogun namun Asano menarik pedangnya dan membalas Kira, tanpa membunuhnya.

Perkelahian pribadi di istana tidak dapat ditoleransi, sehingga saat Shogun mendengarnya, ia memerintahkan Asano untuk membunuh dirinya sendiri dengan melakukan harakiri

--19--

di malam yang sama. Asano mentaati perintah. Setelahnya, kastil miliknya disita, keluarganya dinyatakan tidak ada, dan para pengikutnya dibubarkan. Mereka menjadi "ronin".

Total 47 "ronin" pengikut Asano menyebar ke seluruh negeri. Mereka mengambil pekerjaan kecil dimana-mana untuk menghindari kecurigaan namun selama itu pula mereka merencanakan sesuatu.

Secara mendadak, pada malam bersalju 2 tahun kemudian, mereka bergabung bersama dalam suatu serangan pada kediaman Kira. Kali ini pekerjaan mereka di tempat Kira itu berhasil diselesaikan. Para "ronin" membawa kepalanya melewati jalan-jalan ke halaman kuil tempat Asano dimakamkan lalu meletakkannya di atas makan tuan mereka. Karena telah melakukan hal tersebut maka mereka juga diperintahkan untuk melakukan harakiri. Mereka juga mentaati perintah itu dan dimakamkan di halaman kuil yang sama dengan tuan mereka. Sejak saat itu pusara mereka di Tokyo menjadi monumen nasional yang dihormati. Itulah perbedaan antara cara kita dalam memandang kelompok itu dengan bagaimana cara mereka melakukannya.

Ini adalah pelajaran tentang bagaimana sudut pandang masyarakat Jepang terhadap seorang Kesatria. Namun kau juga dapat belajar dari mereka : orang-orang Jepang menyimpan rasa dendam dengan cara yang ekstrem; masyarakat Jepang menganggap hal seperti ini adalah patriotik. Mereka licik dan akan merencanakan segala sesuatu dengan perlahan.

Masyarakat Jepang tidak peduli dengan nyawa mereka sendiri. Itulah yang membuat mereka begitu berbahaya.

--20--

Untuk saat ini belati adalah senjata kesukaan masyarakat Jepang. Pedang panjang tidak dipakai lagi kecuali dalam pertempuran. Belati kecil seperti ini sering dibawa secara tersembunyi dibalik lengan kimono.

Semua masyarakat Jepang memiliki potensi bahaya   baik muda maupun tua, laki-laki atau perempuan. Orang-orang tua dilahirkan di waktu yang berdekatan dengan zaman feudal. Kaum muda telah dilatih dan diberikan doktrin oleh Angkatan Darat.

Masyarakat Jepang menyetujui suatu pembunuhan jika motifnya adalah patriotik. Selama beberapa tahun terakhir, tiga Perdana Menteri Jepang adalah target pembunuhan. Namun tidak ada pelaku yang dihukum lebih dari beberapa tahun penjara. Tak ada satupun dari mereka yang dieksekusi karena masing-masing mengklaim motif pembunuhan tersebut adalah patriotik. Sebenarnya para pembunuh itu disponsori oleh pihak militer.

Lihatlah kasus ini.

Laksamana Okada, yang adalah seorang Perdana Menteri pada tahun 1936, didiskreditkan karena ia gagal dibunuh. Pemberontak militer keluar untuk menembaknya namun ternyata mereka membuat kesalahan dengan menembak saudara iparnya, yang memang terlihat begitu mirip dengannya. Okada, seorang yang licik, melarikan diri dari kediamannya dengan menyamar sebagai pelayat di tempat yang seharusnya menjadi pemakamannya sendiri. Ia kehilangan wajahnya di hadapan masyarakat Jepang karena ia menyelamatkan dirinya sendiri tanpa memiliki motif patriotik dalam melakukannya.

--21--


(isi diluar tanggung jawab saya karena semata-mata hanya untuk menerjemahkan informasi, jika terdapat perbedaan penafsiran maka yang digunakan sebagai rujukan utama adalah dokumen asli berbahasa Inggris yang dapat diakses melalui situs resmi Angkatan Laut AS : Naval History and Heritage Command)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar